Trisha Aryanti Septina
Trisha Aryanti Septina - Alumni KSE UPI Bandung
Sports - Fitness Instructor & Awardee LPDP di ITB
Trisha Aryanti Septina, perempuan kelahiran tahun 1999 ini mungkin menjadi salah satu dari sekian banyak siswa SMA di Indonesia yang mendapatkan kesempatan luar biasa untuk menjadi siswa rumah belajar yang diikutinya secara gratis saat duduk di bangku kelas 12 SMA. Tambahan belajar di masa kelas 12 SMA mungkin tidak bisa dirasakan semua siswa kelas 12 SMA karena mahalnya biaya untuk mengikuti les atau bimbingan belajar di suatu tempat. Namun, Karya Salemba Empat melalui paguyubannya, memberikan bimbingan belajar atau disebut rumah belajar secara gratis kepada siswa/i kelas 12 SMA dari Sabang sampai Merauke.
Saat duduk di bangku kelas 12 SMA, sekitar 6 tahun yang lalu, Trisha diterima sebagai siswi Rumah Belajar Paguyuban KSE Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Selama 1 tahun lamanya, Trisha diajarkan materi-materi terkait persiapan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) oleh para pengajar rumah belajar yang tak lain adalah para penerima Beasiswa KSE dari UPI. Rumah belajar yang diikutinya tersebut mampu mengantarkannya diterima berkuliah S-1 jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga di Universitas Pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, Trisha secara otomatis menjadi penerima Beasiswa KSE sejak semester 1 berkuliah di UPI.
Ia merasa bahwa KSE adalah rumahnya. “Saya mendapatkan beasiswa KSE sejak semester 1 hingga saya lulus dari UPI di semester 8. Saya merasa rumah saya adalah KSE”, ucap Trisha. Empat tahun lamanya menjadi penerima Beasiswa KSE di UPI, tentu banyak hal yang Trisha lakukan dan kontribusikan untuk Bersama-sama Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.
Saat menjadi Beswan KSE, Trisha mengikuti beberapa camp, mulai dari camp entrepreneur, camp leadership, dan lainnya. “Ada 1 camp yang sangat menarik dan pertama kali untuk saya, yaitu Amazing Race di 3 kota: Semarang, Purwodadi, dan Salatiga”, tutur Trisha. Saat itu, Trisha dan peserta camp lainnya diberikan challenges menjual produk masing-masing. Dari produk tersebut, peserta camp harus bisa bertahan tanpa diberikan tempat tinggal, uang, dan tidak diberikan handphone.
“Pertama kali melaksanakan challenge tersebut, saya tidak mendapatkan apa-apa, hasilnya minus”, lanjut Trisha. Tidak berhenti sampai di situ, keesokan harinya, Trisha mencari rumah warga di daerah Grobogan dan mencari tempat makan paling murah, yaitu Rp2.000,00. “Saya dapat pembelajaran bahwa kita harus fight sekali untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan”, tambah Trisha. Selain itu, KSE juga banyak memberikan pelajaran bagi Trisha, yaitu nilai sharingnya dimana ia banyak berbagi bersama teman-teman lainnya, networkingnya selalu terjaga, dan juga KSE selalu mendeveloping dirinya.
"Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada para donatur yang sudah memberikan donasinya kepada saya. Dari donaturlah, saya bisa menjadi seperti sekarang dan dari donatur pula, saya diberikan bantuan secara materil atau finansial, serta kesempatan untuk mengembangkan diri melalui development program yang diberikan”.