M. Faisol Anwar

Namaku Faisol Anwar. Aku lulusan teknik kimia ITS. Saat ini aku berbisnis seprai dan kebutuhan kelengkapan tidur premium dengan Brand Glamour Home. Aku lahir dan besar di keluarga pedagang. Sejak kecil aku sudah dilibatkan dalam kegiatan usaha orang tuaku. Aku sering ikut bapak pergi mengambil barang dagangan ke luar kota dan dari situ aku belajar ilmu negosiasi dan manajemen supplier. Selama kuliah dulu aku suka mengikuti berbagai macam perlombaan, dari lomba riset penelitian sampai lomba wirausaha. Hadiah dari lomba tersebut aku tabung untuk masa depanku. Ketika di perkuliahan aku termasuk mahasiswa yang memiliki segudang prestasi. Bapakku pada saat awal aku kuliah pernah berpesan seperti ini, “Aku yakin kamu itu pintar. 

Tahun kedua kuliah aku ikut program di IPB, namanya Science Techno Park IPB. Saat itu aku diajarin bisnis dari produk inovasi yang dijadikan bisnis. Dari situ aku mulai tertanam di hatiku bahwa aku mau jadi pebisnis. 

Bermodal dari tabunganku selama kuliah, aku mulai merekrut penjahit di sekitar tempat tinggalku. Setelah produksi seprai jadi, aku keliling menawarkan ke toko-toko namun ternyata respons pedangang pasar kurang baik. 

Berbagai macam strategi kulakukan untuk dapat menembus pasar. Karena berhadapan dengan seprai pabrikan yang cukup terkenal dan terjangkau, aku akhirnya bersaing di harga yang lebih murah walaupun keuntungan saat itu sangatlah sedikit. Perlahan-lahan sepraiku dapat diterima pasar di Surabaya, Mojokerto, Jombang, dan sekitarnya. 

Untuk menambah modal dan stok seprai, aku memberanikan diri mengajukan pinjaman usaha ke bank dengan jumlah yang cukup besar. Sertifikat rumah orang tuaku menjadi jaminan utang aku membesarkan usaha ini. 

Namun, selama beberapa tahun berjalan perputaran uang semakin lambat. Persaingan harga semakin tidak sehat. Pembayaran dari toko juga tidak mulus, banyak yang meminta penundaan pembayaran. Akhirnya, kuambil keputusan untuk memutus sebagian besar hubungan kerja penjahit mitra. Aku sangat terpukul dengan kebangkrutan dan kondisi utang yang masih banyak. Di sisi lain, hal ini membuatku semakin kuat dan tidak mau menyerah. 

Aku sudah tidak berpikir lagi aku bisa ambil gaji. Pokoknya, semua keuntungan langsung semua dimasukkan ke bisnis buat bayar utang dan cicilan. Saat itu aku mencoba untuk jualan barangbarang apapun dengan sistem reseller. Aku datangi toko-toko dan mal untuk bernegosiasi dengan pemilik usaha. Barang yang aku jual aku tawarkan melalui media sosial. Saat itu ecommerce belum sekuat sekarang.Bisnis ini masih berkaitan dengan bisnis seprai sebelumnya, namun kali ini aku menyasar kelas atas dengan membuat seprai, selimut, dan bed cover premium. Metode yang kugunakan adalan media promosi dan penjualan daring. 

Setelah utang bank lunas, pertumbuhan bisnisku lumayan pesat karena ada modal lebih yang bisa diputar. Sampai akhirnya mulai berani mengontrak rumah untuk kantor, dan karyawan sudah lumayan banyak. Penjahit mitra pun semakin banyak. Dan cobaan besar kedua datang. Kondisi pandemi Covid-19 saat itu sangat berat, peraturan lockdown membuat usaha pariwisata menurun dan berdampak ke usaha sepraiku. 

Aku berusaha untuk membuat kesulitan menjadi peluang keuntungan. Bersama dengan temanteman sesama alumni KSE aku berjuang memproduksi APD sebanyak mungkin untuk digunakan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia. Hikmah yang kudapatkan dari cobaan tersebut, aku mendapatkan lini bisnis baru yaitu penyedia kebutuhan seprai untuk rumah sakit hingga saat ini.