Frisca Chairunnisa, Yudhitya Syahputra
Mengukir Cinta Pasangan Suami Istri Melalui Bisnis
Nama saya Frisca. Saya alumni UNAND tahun 2010. Saya anak kedua dari tiga bersaudara, lahir dari keluarga dengan kondisi keuangan yang cukup, memiliki darah minang dari ayah dan bunda. Namun, saya lahir dan besar di Jakarta, sampai SMP saya harus pindah ke Padang. Sebab, ayah bangkrut dan kebetulan opa dan oma juga sudah semakin tua hanya tinggal berdua di Padang.
Saya sudah diajarkan berjualan dari SD, saat itu jualan minuman di rumah, kemudian saat SMA saya menjual risol dan cemilan yang dimasak bunda. Melihat peluang usaha teman-teman kelas saya yang jauh di lantai 3 sehingga mereka malas untuk ke kantin, alhasil jualan saya cukup laku waktu itu. Bahkan sampai menginspirasi teman-teman saya yang lain untuk berjualan. Karena mulai terbiasa berjualan, saya juga melanjutkan berjualan bronis semasa kuliah, namun sejak mengikuti entrepreneur camp yang diselenggarakan oleh KSE.
Saat saat lulus kuliah dan mulai mencari kerja, saya menemukan lowongan kerja menjadi sales. Saya kemudian berpikir jika saya bekerja sebagai sales, bukankah lebih baik saya berjualan produk sendiri yang jelas-jelas saya bangun dan ciptakan sendiri.
Keluarga sangat berperan menjadi support system dengan keputusan saya untuk memulai resto korea. Ayah sempat ragu. Namun, Alhamdulillah keputusan saya cukup menjadi pendobrak keuangan keluarga kami.
Awal mulanya resto korea ini masih versi low budget karena tidak punya banyak modal. Hanya bermodal halaman rumah yang sedikit disulap kekinian dengan coretan kata motivasi dengan kapur di dinding. Bermodal 3 buah panci emas hasil beli di e-commerce yang pada saat itu belum sebanyak sekarang .Perjalanku membangun usaha tidak lepas dari peran suami yang sangat mendukung saya berwirausaha, bahkan dia ikut terjun menjadi pengusaha membantu mengurus bisnis yang saya rintis. Namanya Yudith, alumni KSE USU.
Selama berkuliah dia sering ikut kegiatan di luar kampus, mengeksplorasi lingkungan yang berbeda dengan yang selama ini menemani kesehariannya. Hobi yang dia miliki tersalur di sana. Bisnis Apalagi yang berhubungan dengan IT dan multimedia.
Awal mula dia tertarik dengan dunia usaha ketika ikut proyek fotografi bersama teman. Dari kegiatan tersebut, dia banyak mendapat relasi karena pada saat itu dunia fotografi merupakan area yang masih ekslusif. Akhirnya, dia dan temannya membuat sebuah unit usaha fotografi dan multimedia. Setelah lulus kuliah dia sempat beberapa kali ikut tes untuk bekerja di perusahaan BUMN, namun gagal setelah seleksi wawancara. Di sana dia mulai menyadari bahwa mungkin dia bukan tipe karyawan yang dicari perusahaan tersebut. Akhirnya, dia memutuskan untuk fokus melanjutkan usaha yang telah dia lakukan selama ini. Kami bertemu pertama kali di bulan September 2013 di Medan, saat acara tatap muka KSE USU. Saya dan beberapa perwakilan dari UNAND datang ke acara tersebut. Kami tidak banyak berbincang, hanya berkenalan saja.
Dari pendekatan tersebut, saya merasa dia bisa menjadi sosok yang diandalkan. Segala kelakuan buruk yang saya tunjukkan tidak membuat dia menyerah mendekati saya, membuat saya semakin yakin, meski kami berbeda kota tanpa komitmen dan komunikasi intens. Hanya berbekal kepercayaan masingmasing bahwa jika kami berjodoh maka kami akan kembali bertemu di saat yang tepat.
Saya yakin pada dasarnya Yudhit adalah orang yang tidak gampang menyerah. Menjadi pengusaha memang bukan keputusan yang mudah untuk dia sebagai kepala keluarga yang memiliki beban dan tanggung jawab yang besar untuk menafkahi anak dan istrinya.
Karena itulah bukan hal yang sulit bagi saya saat Yudhit memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak kerja dan mulai fokus untuk melanjutkan usaha yang sudah lebih dulu saya rintis.
Menjadi pasangan suami istri sekaligus pasangan bisnis tidaklah mudah. Sering kali konflik usaha dan rumah tangga bercampur jadi satu. Namun kami yakin, jalan yang telah kami tempuh ini merupakan karunia yang tidak terhingga. Dari dua unit usaha, dan sampai sekarang sudah memiliki tiga unit usaha serta tiga cabang dengan lebih kurang 12 orang karyawan.