Dr. Didi Saputra Ramang, Sp.O.T

Kisah Dokter untuk Lulo Indonesia 

Sebuah titik terang terlahir. Di sana, dr. Didi Saputra Ramang, Sp.O.T., FICS mengawali perjalanan hidup yang membawa nama dan makna. Kota yang terletak di tepi paling timur dari Sulawesi itu menjadi saksi awal dari mimpi-mimpi besar seorang anak, salah satunya Didi Sejak kecil, Didi telah menunjukkan minat yang luar biasa dalam berbagai bidang. Di sekolah-sekolah di Kota Kendari, ia tidak hanya memperlihatkan kecintaannya pada olahraga, tetapi juga bakat alaminya dalam ilmu pengetahuan yang mengagumkan. Olimpiade Fisika Nasional menjadi panggung pertamanya, dimana ia meraih prestasi mencapai babak final pada tahun 2003 tingkat SMP di Balikpapan dan mengulanginya lagi pada tingkat SMA di Semarang tahun 2006. Didi telah menggenggam erat mimpi besar di tangannya. Dalam jalinan kota berkembang di Kendari, di ujung timur Sulawesi, ia menanamkan tekad yang teguh untuk mengukir jejak prestasinya. Di sini, di tengah keterbatasan sumber daya dan lingkungan yang tidak selalu ramah, Didi mengasah ketekunannya. Pendidikan bukan sekadar pelajaran, tetapi sebuah panggung untuk meraih langit-langit impian .


Doa dan Ridho Orang Tua 

Di balik setiap langkah perjalanannya, Didi selalu didukung oleh doa Ibu dan almarhum Ayahnya dalam menggapai citacitanya untuk menjadi Dokter. Ia mengandalkan kekuatan dan restu dari yang terkasih. Didi Saputra Ramang, sebuah kisah tentang perjuangan, ketabahan, dan kepercayaan menjadi Dokter. Perjalanan panjang ini mengajarkan bahwa dengan tekad yang bulat, kerja keras yang tak kenal lelah, ketabahan dalam menghadapi kegagalan, serta doa yang tak pernah putus kepada Allah, impian besarnya bisa diwujudkan. Setiap langkah adalah bagian dari perjalanan menuju puncak keberhasilan yang penuh dengan hikmah kehidupan. Motivasi Didi untuk kuliah walaupun sebagai orang daerah karena dengan sekolah tinggi bisa mengubah nasib suatu keluarga. Menurut Didi, menjadi Dokter dan memiliki pendidikan tinggi merupakan faktor penting yang mengubah segalanya. Bukan uang, bukan kedudukan, tapi pendidikan tinggi. 

Kuliah itu membutuhkan biaya yang tinggi, namun dengan kondisi orang tuanya yang sederhana, Didi tetap bertekad untuk maju kuliah di kedokteran. “Insya Allah dengan dukungan Doa dan ikhtiar semua akan dilancarkan” ungkap Didi saat itu. memang sudah menjadi cita-citanya semenjak masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Didi memutuskan untuk mengejar impian kedokterannya. Universitas Indonesia, dengan segala tantangan dan dinamikanya di ibukota Jakarta, menjadi pilihan tak terbantahkan. Perjalanan menuju perguruan tinggi bukan jalan yang mudah. Bersaing dengan ratusan, bahkan ribuan orang lain yang bermimpi serupa. Didi harus menghadapi tantangan dari kota kecilnya menuju Jakarta yang megah. 

Didi mengenyam kuliah dan praktek sehari-hari di UI Salemba Jakarta dan kadang-kadang harus ke UI Depok. Hari pertama di Jakarta adalah pengalaman yang tidak terlupakan. Gedung-gedung tinggi menjulang seakan menatapnya dengan rasa penasaran. Baginya bukan hanya pertemanan, menjadi Dokter juga harus memiliki daya persaingan yang membutuhkan fokus dan ketekunan untuk bisa bertahan dan berkarya kedepan. “Sekolah di tempat yang penuh persaingan membutuhkan fokus dan ketekunan," ucapnya, mata dipenuhi semangat yang tak pernah padam. 

Kehidupan Mahasiswa 

Setiap semester berlalu dengan tantangan baru. Tugas yang menumpuk, ujian yang sulit, dan tekanan untuk selalu tampil baik, semuanya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari Didi. Namun, dia tidak pernah menyerah. Setiap kesulitan dianggapnya sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. "Aku di sini untuk meraih mimpi, bukan untuk menyerah pada kesulitan," katanya pada dirinya sendiri setiap kali merasa putus asa. Selain akademis, Didi juga aktif dalam berbagai kegiatan di kampus. Dia bergabung dengan organisasi mahasiswa, ikut serta dalam kegiatan sosial, dan menjadi sukarelawan di klinik kesehatan setempat. Suatu hari, di tengah semester yang sibuk, Didi mendapatkan kesempatan magang di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta. Pengalaman ini memberinya wawasan langsung tentang dunia medis yang sesungguhnya. Di rumah sakit, Didi bekerja di bawah bimbingan dokter-dokter berpengalaman yang dengan sabar mengajarinya berbagai keterampilan klinis. Di dalam ruang kuliah yang terang benderang, suasana tegang memenuhi udara ketika Didi dan beberapa mahasiswa kedokteran lainnya duduk mengelilingi meja pasien tiruan. Dalam suasana kelas yang semula tegang, Didi merasakan beban di pundaknya sedikit berkurang. Diskusi tersebut tidak hanya memberikan pengalaman berharga dalam mendiagnosis kasus klinis yang kompleks tetapi juga memperkuat tekadnya untuk menjadi dokter yang mampu memberikan kontribusi nyata dalam dunia kedokteran. 

Keterlibatannya dalam kompetisi akademik dan olahraga 

Selama menjalani pendidikan di Jurusan Pendidikan Dokter FKUI, Didi tidak hanya menekuni studi medis dengan tekun, tetapi juga menemukan dirinya terlibat dalam kompetisi-kompetisi akademik dan penelitian yang menantang. Selain mengikuti berbagai kompetisi, ia meraih penghargaan dalam penelitian, termasuk juara ketiga dalam Kompetisi Penelitian Terbaik FKUI tahun 2010 .

Tahun berikutnya, ia meraih juara kedua dengan penelitian mengenai sistem skoring klinis tuberkulosis, menunjukkan kemampuannya dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan untuk memajukan praktik medis. Namun, tidak hanya itu, prestasi di bidang olahraga juga turut menghiasi kisahnya; dari menjadi semifinalis dalam Kejuaraan Sepakbola Interna Cup 2017 hingga meraih posisi runner-up dalam Badminton Interna Cup tahun 2019. Selama masa kuliahnya, Didi tidak hanya menghadiri kuliah dan praktik klinis, tetapi juga aktif mengikuti kursus, seminar, dan berpartisipasi sebagai pembicara di berbagai forum ilmiah. Dengan tekad yang kuat, kerja keras, dan keyakinan yang tidak tergoyahkan, Didi yakin bahwa setiap impian dapat diwujudkan dengan ridha dan pertolongan dari Allah SWT . 

Beasiswa: Titik Balik ke Masa Depan 

Di tengah kesibukan di Fakultas, Didi menemukan pengumuman penting di kampus. Ada pengumuman mengenai seleksi penerimaan beasiswa. Meskipun awalnya hanya isengiseng mendaftar, Didi akhirnya diterima. Namun, ia sadar bahwa Beasiswa Karya Salemba Empat jauh berbeda dengan beasiswa lainnya. KSE tidak hanya memberikan bantuan finansial, tetapi juga menciptakan lingkungan ekosistem yang unik, dengan komunitas lintas kampus dan beragam kegiatan yang sangat bermanfaat, termasuk pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan, dan jaringan.
"Beasiswa Karya Salemba Empat ini memiliki sistem yang sangat berbeda karena mereka mengembangkan ekosistem sendiri dengan komunitas lintas kampus dan beragam kegiatan yang sangat bermanfaat. Mulai dari pelatihan skill kepemimpinan, kewirausahaan, hingga membangun jaringan, semua ini memberikan dampak yang besar bagi saya. Alhamdulillah, peran KSE dalam perjalanan saya sangat signifikan" ungkap Didi dengan penuh semangat.

Didi bangun dengan semangat yang membara. Hari itu, ia siap menghadiri pelatihan tatap muka yang diselenggarakan oleh Karya Salemba Empat, sebuah beasiswa yang telah memberikan banyak bantuan selama masa kuliahnya. Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) . Didi tiba di tempat pelatihan yang terletak di sebuah auditorium di salah satu Fakultas di UI. Ruangan itu sudah dipenuhi oleh para penerima beasiswa lainnya yang berasal dari berbagai jurusan dan universitas mitra KSE. Mereka semua tampak bersemangat, saling berbincang dan berkenalan satu sama lain. Pelatihan ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa dari Universitas Indonesia, tetapi juga dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjadjaran (UNPAD), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). 

Tak lama kemudian, acara dimulai. Moderator memperkenalkan pembicara pertama, Ibu Mien Uno. Ibu dari Sandiaga Uno ini kerap memberikan Sharing Ilmu dan Motivasi serta Inspirasi untuk Sukses di Kegiatan KSE bersama Mien R. Uno Foundation waktu itu. Setelah sesi motivasi, giliran pembicara kedua, seorang ahli sumber daya manusia dari perusahaan besar, yang berbicara tentang persiapan memasuki dunia kerja. Didi merasa sangat terinspirasi oleh pelatihan hari itu. Ia menyadari bahwa perjalanan menuju dunia kerja memang penuh tantangan, tetapi dengan motivasi, persiapan yang matang, dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, ia yakin bisa menghadapi apapun yang akan datang. 

Saat pelatihan berakhir, Didi pulang dengan semangat baru. Sebagai penerima Program Mahasiswa Prestasi dari Beasiswa KSE, yang berbeda dengan program reguler, Didi mendapatkan beberapa tambahan yang sangat berharga. Selain dana living cost bulanan, ia juga mendapatkan dukungan subsidi untuk menghadiri seminar atau konferensi internasional, biaya penulisan skripsi, dan bantuan biaya SPP. Saat pelatihan berakhir, Didi pulang dengan semangat baru. Sebagai penerima Program Mahasiswa Prestasi dari Beasiswa KSE, yang berbeda dengan program reguler, Didi mendapatkan beberapa tambahan yang sangat berharga. Selain dana living cost bulanan, ia juga mendapatkan dukungan subsidi untuk menghadiri seminar atau konferensi internasional, biaya penulisan skripsi, dan bantuan biaya SPP. 

Gemblengan Mental & Kepemimpinan 

Pengalaman menjadi penerima Beasiswa KSE tidak berhenti hanya pada Tatap Muka dan Program Mahasiswa Prestasi. Di tengah gemuruh kota Jakarta yang tak pernah berhenti, Didi menemukan dirinya dipanggil untuk menjalani petualangan baru di Rindam Jaya dalam program BISMA Leadership Camp. Pelatihan ini diselenggarakan oleh KSE dengan dukungan dari Indofood serta pelatih dari Rindam Jaya. Pelatihan ini tidak hanya sekadar ujian fisik dan mental, tetapi juga menjadi sebuah pengalaman langka dan istimewa bagi Didi. Hanya mereka yang terpilih dari kalangan mahasiswa penerima beasiswa KSE dari 15 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berkesempatan mengikuti pengalaman ini. 

Beasiswa KSE, dengan segala kearifan dan pengalaman dalam mendukung pembangunan nasional berkelanjutan khususnya di Pendidikan, turut menyumbangkan pemikiranpemikiran mendalam tentang arti sejati dari bela negara. Di tengah serangkaian latihan yang intens, Didi dan rekanrekannya dihadapkan pada tantangan fisik dan mental yang menguji batas-batas mereka. Mereka meloncati rintangan dengan tekad yang tak tergoyahkan, melintasi kolam dengan tali sambil menghadapi kelelahan dan ketakutan. Dalam perjalanan ini, Didi tidak hanya menemukan kekuatan dalam dirinya sendiri, tetapi juga dalam kepemimpinannya. Sebagai ketua pleton, ia bertanggung jawab memimpin dan memotivasi anggota timnya melalui setiap rintangan, membentuk hubungan yang kuat dan solid di antara mereka.  Di antara tangisan lelah dan tawa kebersamaan, Didi membangun hubungan yang erat dengan sesama peserta, mengenal berbagai karakter dan latar belakang yang berbeda. Pelatihan itu tidak hanya mengasah keterampilan kepemimpinan Didi, tetapi juga membentuk karakternya secara mendalam. 


Pasca Kampus, Melangkah Kedepan 

Menerima beasiswa dari Karya Salemba Empat bukan hanya tentang mendapatkan dukungan finansial semata. Bagi saya, KSE telah memberikan lebih dari itu. Semua ini memiliki manfaat yang sangat besar dalam perkembangan karir saya sebagai seorang dokter. 

Suatu hari, di tengah semester yang sibuk, Didi mendapatkan kesempatan magang di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta. Pengalaman ini memberinya wawasan langsung tentang dunia medis yang sesungguhnya. 

Malam-malam panjang di rumah sakit seringkali membuatnya lelah, tetapi melihat senyuman pasien yang sembuh memberinya kepuasan yang tak ternilai. “Ini adalah alasan aku memilih jalan ini,” pikirnya sambil tersenyum. 

Pada tahun terakhir kuliahnya, Didi menghadapi salah satu tantangan terbesar yaitu ujian akhir yang menentukan kelulusannya. Minggu-minggu menjelang ujian dipenuhi dengan belajar intensif dan persiapan yang tak kenal lelah. Meski demikian, Didi selalu berusaha menjaga keseimbangannya, mengambil waktu untuk beristirahat dan menjaga kesehatan mentalnya. Hari ujian pun tiba, dan Didi menghadapi soal-soal dengan percaya diri. Semua usaha dan kerja kerasnya selama bertahuntahun terasa terpadu saat dia menulis jawaban demi jawaban. 

Pengabdian Garda Depan Kesehatan di Kendari 

Setelah tamat dari pendidikan S1-nya, Didi mengambil langkah berani dengan mengabdi di daerah asalnya, Kota Kendari. Selama empat tahun, dia menjalani peran sebagai dokter umum di RSUD Kota Kendari, merasakan setiap tantangan dan keberhasilan dalam mengurus kesehatan masyarakat di daerah yang mungkin lebih dikenal dengan keindahan alamnya daripada infrastruktur kesehatannya. 

Bagi Didi, pengabdian ini memiliki makna yang mendalam. "Pertama-tama, saya bersyukur bisa menjadi dokter karena dokter memiliki peran yang sangat strategis dalam kemajuan bangsa ini," ujarnya dengan bangga. 

Didi juga menyadari bahwa saat ini banyak isu global yang tengah hangat dibicarakan, seperti ketahanan pangan, perubahan iklim, bahkan konflik internasional. Menurutnya, seorang dokter memiliki peran yang luas dan dapat berkontribusi dalam berbagai bidang yang terkait dengan isu-isu tersebut. 

Didi yakin untuk teman-teman saya sendiri di KSE, “Apapun keahliannya saya yakin yang namanya pengabdian bisa diartikan dalam semua bidang bukan cuma keahliannya aja, keahlian itu bisa diaplikasikan ke bidang-bidang lain” sharing Didi untuk Teman-temannya sesama Alumni KSE. 

Tantangan Pelayanan Kesehatan 

Tentunya pelayanan kesehatan yang pertama adalah pelayanan kesehatan yang terbaik yang berdasarkan ilmiah dan bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat. Didi ingin pelayanan yang diberikannya bisa diakses oleh semua orang bukan cuma orang yang secara ekonomi mampu, tapi yang tidak mampu juga bisa merasakan pelayanan yang saya berikan dan tentunya bisa bermanfaat terhadap masyarakat itu sendiri. 

Pendidikan spesialis Orthopedi merupakan panggilan yang tak pernah padam dalam hidup Didi. Lima tahun yang dihabiskannya untuk mengejar impian ini tidaklah mudah. Setiap langkahnya diisi dengan pengorbanan yang besar, baik secara fisik maupun mental di tengah tantangan ujian yang tak terhitung jumlahnya. Selama menjalani pendidikan spesialis, Didi juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat yang menambah pengalaman dan pemahamannya tentang pentingnya pelayanan kesehatan dalam situasi darurat. 

Dia bergabung dalam Tim Kesehatan Haji Indonesia Embarkasi UPG Kloter 21 pada tahun 2016, serta terlibat dalam Tim Medis dalam penanggulangan bencana Tsunami, Gempa Bumi, dan Liquifaksi Palu-Donggala pada tahun 2018 di RSCM. Didi melihat pengabdian ini sebagai bentuk kontribusinya yang lebih luas dalam memanfaatkan keahlian dan pengetahuannya untuk kepentingan masyarakat luas. Setiap pengalaman yang dia dapatkan baik di bidang pendidikan maupun pengabdian membentuknya menjadi seorang profesional yang berkomitmen tinggi untuk selalu berkontribusi dan memberikan yang terbaik dalam bidangnya. 

Kembali Mengabdi di Kampung Halaman 

Setelah menyelesaikan pendidikan spesialis, Didi memutuskan untuk mengabdi di Kampung Halaman di Kota Kendari, daerah asalnya. Dengan semangat yang membara, dia berhasil meraih gelar dokter bedah internasional, menambahkan daftar baru dalam portofolio kualifikasinya. Dia percaya bahwa pelayanan kesehatan yang berkualitas harus tersedia dan dapat diakses oleh semua orang, terlepas dari lokasi geografis. Dengan pengetahuan dan keterampilannya yang telah teruji, Didi siap untuk menerapkan ilmu ortopedi dalam memberikan perawatan yang terbaik bagi masyarakat kampung halaman. 

Bagi Didi, mengabdi di tempat kelahirannya memiliki makna yang mendalam. Ini bukan hanya tentang memberikan pengobatan dan perawatan medis, tetapi juga tentang mendukung kesehatan dan kesejahteraan komunitas secara keseluruhan. 

Saat ini, Didi bekerja di RSUD Kota Kendari sebagai dokter spesialis ortopedi dan traumatologi. Meskipun mengabdikan diri di kampung halaman, Didi tetap memegang teguh standar profesionalisme tinggi dalam praktiknya. Komunikasi bukan lagi menjadi hambatan, bahkan ketika Didi kembali ke daerahnya. Dalam praktik konsultasi antara dokter umum dan dokter spesialis, teknologi seperti WhatsApp memiliki peran yang sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi dan koordinasi yang efektif. 

Dengan adanya WhatsApp dan teknologi komunikasi lainnya, Didi dapat dengan cepat berkomunikasi dengan dokter umum atau tim medis lainnya baik untuk berkonsultasi tentang diagnosis atau perawatan pasien maupun untuk mendiskusikan strategi perawatan yang terbaik. Didi melihat teknologi sebagai alat yang sangat berharga dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah, tanpa mengurangi kualitas atau koneksi dengan jaringan dokter nasional. 

Selain kesuksesan akademis dan praktik kedokterannya, Didi juga aktif dalam organisasi profesi seperti PABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Orthopedi Indonesia) dan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Cabang Kota Kendari. Didi percaya bahwa melalui partisipasinya dalam organisasi profesi, ia dapat berperan aktif dalam mengembangkan ilmu bedah ortopedi serta memajukan pelayanan kesehatan di daerahnya. 

Cita-cita dan Prinsip Hidup 

Prinsip-prinsip pemandu dalam meraih cita-cita adalah fondasi filosofis yang mengilhami dan mengarahkan seseorang dalam perjalanan mencapai tujuan besar. 

Puncak Karier Sang Spesialis Orthopedi 

Didi juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah dan kompetisi yang menantang. Keberhasilannya yang gemilang tercermin dalam beberapa penelitiannya yang dipublikasikan dalam jurnal internasional bergengsi seperti Journal of Orthopedic Surgery and Techniques, World Journal of Surgical Oncology, dan lainnya. 

Salah satu puncak dari perjalanan akademik Didi adalah ketika artikelnya yang berjudul "An Update of Tuberculosis Spondylitis and The Holistic Management by Subroto Sapardan Total Treatment: Literature Review Study" berhasil dipublikasikan di Jurnal Orthopedi dan Traumatologi pada Agustus 2023. Artikel ini menjadi salah satu dari 18 karya ilmiah internasional yang telah ia terbitkan, menegaskan dedikasinya dalam meneliti dan berkontribusi pada bidang ortopedi. Keberhasilan Didi dalam meraih gelar dokter bedah internasional telah membuka banyak peluang, termasuk menjadi narasumber di berbagai seminar dan acara televisi. Hal ini telah meningkatkan profilnya sebagai seorang spesialis ortopedi yang diakui. Salah satu pengalaman yang berkesan bagi Didi adalah ketika diundang sebagai narasumber di TVRI Sulawesi Tenggara untuk membahas topik nyeri pinggang dan solusinya. Dalam acara tersebut, Didi membawa wawasan dalam penanganan nyeri pinggang dari hal-hal sederhana hingga pendekatan yang menggunakan teknologi mutakhir di bidang kedokteran ortopedi dan traumatologi Didi menyoroti bahwa banyak masyarakat yang masih kurang informasi tentang hal-hal sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah nyeri pinggang, seperti modifikasi gaya hidup. 

Epilog Refleksi Cahaya 

Didi merenungkan perjalanan hidupnya dengan harapan yang menginspirasi. "Pertama-tama, saya berharap dapat memberikan bantuan yang besar bagi para pasien ortopedi saya yang sedang mengalami masalah. Kemudian, dengan pengalaman yang telah saya peroleh, saya ingin ikut mengembangkan layanan ortopedi di Indonesia, tidak hanya dari segi praktik tetapi juga dalam hal keilmuan. 

Didi melanjutkan refleksinya dengan penuh semangat. "Setiap langkah dalam karier ini adalah bagian dari perjalanan yang panjang menuju kontribusi yang lebih besar dalam bidang ortopedi. 

Dia menegaskan, "Sebagai seorang profesional yang juga berperan sebagai reviewer untuk jurnal internasional, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk selalu meng-update pengetahuan saya dan memberikan kontribusi dalam penelitian yang berkualitas, seperti teknik-teknik operasi baru yang telah kami publikasikan. 

Dalam setiap langkah dan tantangan yang Didi alami itu. doa serta dukungan dari istri dan anak-anaknya juga selalu mengiringi. Didi, sebagai kepala keluarga, begitu mengutamakan keharmonisan di rumah. Karena itulah, dukungan penuh dari istri dan anak-anaknya begitu berarti dalam perjalanannya sebagai seorang dokter. Orangtua, kakak-kakak dan adik-adik didipun selalu support dalam perjalanannya. Didi mengucapkan "Terimakasih kepada seluruh keluarga dan seluruh pihak yg yang telah mendukung dan mensupport saya.

Ini adalah pesan inspiratif bagi setiap pembaca yang bermimpi mengejar impian mereka dengan tekad dan kerja keras. 

Didi Menyampaikan bahwa : Menjadi seorang dokter adalah kebanggaan bagi saya, terutama karena saya dapat membantu meringankan beban orang yang sedang sakit. Hal ini adalah anugerah dan pertolongan dari Allah SWT, ketika melalui perawatan yang kami berikan, saya dapat melihat pasien sembuh. Membawa kesembuhan bagi mereka adalah kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagiku. Saya percaya bahwa melalui tekad dan usaha keras, setiap orang dapat menggapai mimpi mereka, tak terkecuali dalam dunia kedokteran. Semoga kisah ini memberi inspirasi dan motivasi bagi siapa pun yang sedang mengejar impian mereka, untuk tetap berusaha dan tidak pernah menyerah