Awallokita Mayangsari

Dedikasi di Garda Depan Informasi Kesehatan Indonesia 

Pengalaman alumni karya salemba empat selanjutnya, merupakan lulusan sarjana kesehatan masyarakat yang tidak berperan langsung di garda depan pelayanan kesehatan, namun kini ia ada di garda depan informasi kesehatan Indonesia. Awallokita Mayangsari, S.K.M. Mayang merupakan beswan Yayasan Karya Salemba Empat selama 3 periode, yakni pada tahun 2007 s.d 2010. 

Mayang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dengan selisih usia 6 tahun dengan adik pertamanya dan 11 tahun dengan adik bungsunya. Ibundanya memiliki latar belakang sarjana pendidikan dan berprofesi guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 6 Bandung, sementara (alm) Bapak Mayang lulusan STM Penerbangan. Sewaktu Mayang kelas 2 SMA sekitar tahun 2004, (alm) Bapak mengalami PHK dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), satu-satunya tempat beliau bekerja sejak lulus dari STM Penerbangan. 

Namun, saat itu Mayang nekat tetap mengikuti SNMPTN tahun 2006 dengan berbekal formulir yang dibelikan oleh salah satu sahabatnya. Mereka bersama beberapa teman lainnya mendaftarkan ke UI. Mayang mengambil pilihan kesehatan masyarakat, sahabatnya mengambil akuntansi, teman lainnya mendaftar ke administrasi negara dan teknik sipil. 

Mayang berfoto bersama seluruh keluarga saat lulus SMA tahun 2006 (kiri) dan bersama orang tuanya saat wisuda sarjana tahun 2010 (kanan). 

Mengapa UI yang jadi pilihan? karena menurut Mayang pada tahun tersebut, UI tidak akan “mengusir” lulusan SNMPTN meskipun tidak bisa membayar biaya pendidikan di awal masuk, ada mekanisme penangguhan pembayaran dan keringanan berupa cicilan sampai setahun. Sehingga tujuan Mayang saat itu, setidaknya Mayang harus punya pengalaman “mencicipi” duduk belajar selama setahun di Universitas Indonesia. 

Cita-cita lulus menjadi alumni UI tetap digantungkan. Oleh karena itu, Mayang kuliah sambil bekerja menjadi guru les di sebuah bimbel di Depok, bahkan mengambil kesempatan menjadi guru privat agar bisa mendapatkan pendapatan untuk melunasi tunggakan bayaran. Mengapa Mayang menceritakan ini? Karena menurutnya, kehadiran beasiswa KSE bagi Mayang seakan menjadi “golden tickets” untuk bisa membantu Mayang lebih fokus belajar bukan bekerja mencari uang, tenang melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia (UI) sampai lulus menjadi sarjana, membuka jalan mengantarkan Mayang pada pilihan-pilihan yang lebih baik dari yang dibayangkan hingga membawa Mayang pada profesi yang dijalani saat ini, menjadi praktisi Humas di Kementerian Kesehatan RI 

Bersama salah satu founder KSE, Bapak Mirza dan para Beswan dari berbagai Universitas (UI, ITB, IPB, UNPAD, dan UGM) pada salah satu kegiatan gathering for fundraising di salah satu hotel di kawasan Rasuna Said Jakarta Selatan, tahun 2009. 

Foto bersama para Beswan KSE UI saat gelaran Wisuda Sarjana UI, September 2010 .

Belajar Kesehatan Ingin Keluarga Berumur Lebih Panjang 

Mayang kecil pernah berpikir, mengapa Tuhan sering kali tidak adil, orang yang miskin mengapa sering sakit? Mengapa kesempatan sehat dan berumur panjang itu hanya bagi mereka yang berada. Dari situ Mayang menyimpulkan bahwa utamanya kesehatan adalah pengetahuan. Keluarga besar Mayang hampir rata-rata tidak berumur panjang, meninggalnya karena sirosis atau stroke. Riwayat darah tinggi banyak dialami kelaurga, bahkan dari keturunan keluarga Ibu, hampir semua rata-rata waktu kecilnya pernah demam sampai kuning (hepatitis B). Jika tidak mendapatkan treatment baik dapat diprediksi meninggal muda karena kanker hati. Pengalaman keluarga Ibu, dari 7 bersaudara 3 orang meninggal di usia <50 tahun karena sirosis. Hampir rata-rata semua terkena pengerasan hati atau stroke. Dengan belajar ilmu kesehatan, kita menjadi paham vaksin lengkap dan pengobatan tepat, harapannya semoga ke depan Mayang dan keluarga bisa berumur lebih panjang. 

Menjadi Sarjana Kesehatan Masyarakat 

Mayang saat praktikum kesmas di sebuah SD swasta kecil di Klender, Jakarta Timur. 

Mayang berhasil menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia selama 8 semester (2006-2010). Peminatan yang Mayang ambil saat itu adalah Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (Promkes), satu dari tiga peminatan yang sebenarnya merupakan core dari public health namun entah mengapa ketiganya merupakan jurusan yang paling tidak diminati di FKM UI. 

Pada tahun 2010, hanya 11 orang dari 164 mahasiswa yang mengambil peminatan Promkes tersebut, salah satunya Mayang. Mayang sewaktu kecil selalu bercita-cita menjadi seorang dokter atau guru. Namun, sejak bertemu dengan dr. Zeta, sp.A (seorang dokter spesialis anak di Bandung yang berpraktek di dekat SD tempat Mayang bersekolah dulu). Dokter kesmas akan mendoakan pasien-pasiennya agar sembuh dan tidak kembali ke ruangan prakteknya lagi (tidak kembali sakit) karena ia akan mencari penyebab penyakitnya apa dan berusaha menyelesaikannya di level masyarakat, jadi bukan haya dokter bagi individu pasiennya, tapi bisa menjadi dokter yang bermanfaat buat masyarakat. 

Saat itu, kali pertama Mayang mengenal istilah kesmas. Semasa SMA pun saat mencari tahu keberadaan jurusan kesehatan masyarakat ini, benar sekali di UNPAD saat itu kesmas merupakan salah satu jurusan di Fakultas Kedokteran. Sungguh merupakan hal yang hampir mustahil bagi anak yang ayahnya sudah menyatakan tidak bisa membiayai kuliah sedangkan anaknya malah nekat ke Fakultas Kedokteran yang sudah rahasia umum biaya kuliahnya bisa ratusan juta rupiah. Alhamdulillah saat itu menemukan, bahwa di UI, UNDIP, dan UNHAS, Fakultas Kesehatan Masyarakat terpisah dari fakultas kedokteran. 

Mengenang kembali masa-masa perkuliahan di FKM UI, seru sebenarnya bisa belajar di Kesmas, karena banyak tugas praktik yang menjadi pengalaman yang tidak terlupakan, misalnya menjadi tenaga penyuluhan kesehatan di berbagai bakti sosial, mengajarkam personal hygiene di siswa sekolah dasar, penyuluhan dan pendampingan pencegahan TBC kepada narapidana di rumah tahanan, penyuluhan pencegahan Flu Burung di salah satu desa di Sukabumi yang mengalami banyak unggas mati, mewawancarai orang tua yang tinggal di Gang Nyamuk Pancoran Mas Depok yang kehilangan dua anaknya karena DBD. 

Secara pribadi, menikmati sekali bisa berkomunikasi langsung dengan mereka yang berisiko kesehatan (bahkan kelompok termarginalkan), bisa mendengarkan suara dan cerita mereka yang jarang didengarkan (terlebih bisa mengadvokasikan). 


Sarjana Kesmas Jadi Humas Kemenkes 

Di tahun 2010 jelang akhir kelulusan, Mayang sebenarnya menikmati kegiatan mengasisteni beberapa dosen di Departemen PKIP FKM UI, yakni Prof. DR. Dra. Sudarti Kresno, SKM, MA, dan Dr. Zarfiel Tafal, M.PH. Namun, persepsi orang tua agar anaknya bisa mendapat pekerjaan terus adanya pemahaman bahwa ketika anak pertama lulus, maka saatnya anak pertama bekerja untuk membantu menyekolahkan adiknya. Mayang ikuti saran orang tua dengan setengah hati, namun ternyata Mayang merasakan sendiri, saat doa orang tua melangit, kemudahan jalan akan kita rasakan. Pengalaman ini mayang rasakan saat mendaftar di seleksi penerimaan pegawai negeri sipil Kementerian Kesehatan RI pada 2010 silam. Mayang mengaku tidak pernah bercita-cita menjadi PNS. Namun ia sangat meyakini bahwa ini merupakan jalan doa, karena prosesnya menjadi terasa sangat mudah. Ini merupakan kali pertama bagi Mayang mendaftar dan ikut tes di Gelora Bung Karno bersama puluhan ribu pendaftar lainnya. 

Tapi Tuhan Maha Baik, Mayang justru dipertemukan dengan orang-orang yang sepenuh hati berjuang. Ada yang bercerita pengalamannya sudah tes berkali-kali tapi masih gagal, ada yang sampai jauh-jauh hari mengambil cuti untuk mengikuti seleksi. Jujur, malu sekali mengakui Mayang mengikuti seleksi setengah hati, hanya karena tidak ingin menjadi PNS. Di kali pertama percobaannya mendaftar seleksi CPNS Kemenkes, ternyata Mayang langsung diterima. Kelulusannya diumumkan pada November 2010, meski secara resmi masuk dan bekerja pada Februari 2011. Di detik itu Mayang bertekad bahwa terkadang apa yang kita inginkan mungkin belum tentu jalan terbaik yang Tuhan pilihkan. Inilah momentum awal perjalanan Mayang berkarya di Kementerian Kesehatan RI dengan penempatan di Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI (saat ini Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes), sebagai praktisi humas pemerintah. 

Bertahan Meski Sempat Ingin Resign 

Menjadi Humas Kementerian memang bukan merupakan profesi yang dicita-citakan Mayang. Awalnya, Mayang membayangkan bahwa perannya akan menjadi penyuluh kesehatan di puskesmas, namun ternyata Allah memberi satu peran yang jauh lebih besar dan luas ruang lingkupnya.Menjadi penulis berita Kementerian Kesehatan, tidak hanya memberikan edukasi kesehatan pada individu perorangan atau komunitas, bahkan artikel yang ditulis Mayang menjadi referensi media-media mainstream. 

Namun, diterima sebagai PNS Kemenkes, Mayang merasakan dilema yang luar biasa. Di sisi lain, orang tua Mayang bangga sekali melihat anaknya diterima kerja di Kementerian Kesehatan. Mayang juga mendapatkan pengalaman yang luar biasa, bisa setiap hari bertemu langsung dengan Menteri kesehatan karena meliput langsung kegiatan beliau. 

Mayang juga bisa bertemu dengan orang-orang di bidang kesehatan yang sebelumnya hanya bisa Mayang baca namanya di buku diktat kuliah. Mimpi apa coba Mayang bisa naik pesawat terbang tiap bulan, bisa berkeliling menyambangi semua provinsi di Indonesia Tapi di sisi lain, beban kerja di PNS itu sangat besar, tapi dengan pendapatan yang minimal. Pada tahun 2010, gaji pokok Mayang sebagai PNS Kemenkes hanya 80% yakni Rp1.394.720/bulan, tanpa ada uang lembur, dengan tambahan uang makan hanya sekitar 500.000 per bulan tanpa tunjangan lainnya (pendapatan lainnya ada bila kita dinas luar kota, sehingga harus banyak terbang agar bisa dapat take home pay lumayan). Sejujurnya, sebagai PNS Kemenkes, Mayang sebenarnya mengalami penurunan pendapatan dibandingkan dengan penghasilan sebagai Asdos dan ikut project penelitian. Jujur, beberapa kali rasanya ingin merelakan NIP, resign dan kembali ke kampus saja, karena setelah diterima kerja di Kemenkes RI malah tidak bisa lagi mengirimkan uang kepada orang tua. 

Namun, dengan bijaksana almarhum Bapak dulu mengatakan bahwa pekerjaan Mayang itu meski rendah dari sisi pendapatan, tetapi besar peluang amal jariahnya, karena saat itu Mayang diberi amanah sebagai penulis berita yang disajikan di situs resmi Kementerian Kesehatan RI. Kata-kata almarhum Bapak yang menguatkan Mayang untuk tetap bertahan, “Satu artikel yang kamu tulis dan dipublikasikan di website Kemenkes, bila dikutip oleh berbagai media, maka itu pahala yang mengalir, apalagi itu informasi langsung dari sumber terpercaya (Menkes). 

Alhamdulillah sejak 2014, Kementerian Kesehatan mendapatkan kebijakan tunjangan kinerja (Tukin) dan gaji pokok ASN menjadi lebih masuk akal, setidaknya besarnya sesuai minimal UMR provinsi DKI Jakarta. Mayang pribadi tidak menyangka sejak 2011 hingga saat ini 2024, bertahun-tahun Mayang tetap bertahan untuk berkarya menjadi praktisi humas di Kementerian Kesehatan RI, meski kesempatan tergabung ke dalam jabatan fungsional pranata humas ahli muda tidak kunjung bisa Mayang raih. 

Pada 2019, karena adanya perubahan aturan bahwa semua jabatan pelaksana harus dilantik sebagai jabatan fungsional, akhirnya Mayang dilantik menjadi pranata humas ahli pertama meski tidak sesuai dengan golongan dan pangkat yang Mayang miliki (golongan kepegawaian III/c dengan beban pekerjaan yang Mayang laksanakan, semestinya Mayang diangkat menjadi pranata humas ahli muda). 

Belajar Jadi Praktisi Humas Kesehatan 

Awalnya, sungguh sangat tidak mudah bagi Mayang untuk berkarir sebagai government public relation, karena background pendidikan Mayang merupakan akademisi/peneliti di bidang kesehatan, namun pekerjaan yang dilakukan sehari-hari lebih mengarah pada jurnalis dan media handling, content creator, copy writer, dan juga customer service.  Hal pertama yang Mayang pelajari sebagai praktisi humas penulis berita Kementerian Kesehatan adalah, perbedaan konsep segitiga di jurnalistik sangat terbalik dengan segitiga karya ilmiah di akademisi. Penyajian kesimpulan disajikan di paragraf awal penulisan dengan judul yang menarik atau clickbait, dan teknik mendapatkan perhatian pembaca di awal penyajian tulisan/konten merupakan hal penting dalam penulisan jurnalistik. 

Selain dari sisi pendapatan, pada awal Mayang menjadi PNS di Pusat Komunikasi Publik Kemenkes, gap antara bayangan dan kenyataan bekerja di kantor Humas Kementerian adalah sulitnya mengadaptasi perubahan di instansi pemerintahan, salah satunya mungkin karena gap usia antara pimpinan, rekan kerja, dan pegawai yang baru masuk gap usianya cukup jauh jaraknya, sehingga menjadi tantangan dalam komunikasi. 

Pada tahun 2011, Mayang masih melakukan pekerjaan konvensional di era digital, seperti mengirimkan surat melalui faksimili di era e-mail, dan melakukan kliping berita kesehatan (mulai dari membaca koran, menggunting artikel, menganalisa, dan menempel satu per satu di laporan media monitoring, memperbanyak dengan fotokopi dan mengirimkan ke semua pimpinan sebelum jam kerja dimulai). 


Perintis Kemajuan Media Sosial Kemenkes 

Di lingkungan Kemenkes, media sosial merupakan hal baru yang belum menjadi perhatian bagi praktisi humas Kementerian Kesehatan, berbeda dengan pengalaman Mayang magang sebelumnya di organisasi swasta.

Tahun 2012, sebelum status CPNS Mayang belum berubah menjadi PNS, Mayang mendapat tugas sebagai Tim Pengelola Social Media Kemenkes RI website sehatnegeriku.com dan akun twitter @puskomdepkes. 

Sekitar tahun 2012 atau 2013 barulah Mayang masuk ke dalam 7 orang tim perintis media sosialnya KEMENKES saat itu. Berawal dari membuat akun twitter @puskomdepkes dengan hanya sekitar 700 followers. Kita mulai merintis untuk bisa jadi akun cikal bakal akun @kemenkes_ri. Jadi di 2012/2013 kita mulai merintis 7 orang anak muda yang sampai saat ini akhirnya mau, karena saat itu pimpinan bilang kalau media sosial belum menjadi prioritas. 

Setahun menjadi tim pengelola media sosial, semakin terasa membutuhkan lebih banyak kepala anak muda untuk memberikan gagasan dalam pengelolaan sosmed. Karena itulah, mulai 2013 akhirnya menemukan 7 orang dengan frekuensi yang sama yang akhirnya berkolaborasi dalam content creator and content planning akun sosial media twitter dan Instagram @puskomdepkes, Facebook Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI, website sehatnegeriku.com, Flickr Sehatnegeriku, dan Youtube Sehatnegeriku. 

 Dua tahun setelahnya, saat Kementerian Kesehatan RI mendapatkan dua tenaga humas pemerintah dari Kemenkominfo, akun twitter, Facebook dan instagram Pusat Komunikasi Publik dibantu proses pengalihannya menjadi akun twitter, Facebook, dan instagram resmi Kementerian Kesehatan RI dan proses verifikasinya. 

Humas Kemenkes Garda Depan Komunikasi Kesehatan 

Mengikuti siklus hidup manusia, membuat program kesehatan menjadi sangat banyak. Begitupun dengan sasarannya, mulai dari janin, bayi, anak-anak, remaja, usia produktif, hingga lansia. Namun, kesehatan merupakan urusan yang diotonomidaerahkan, sehingga masyarakat perlu diedukasi hak nya bahwa anggaran kesehatan tidak jauh untuk dijangkau, sudah ada di kas pemerintah daerahnya masing-masing, di samping perlu terus diingatkan bahwa kewajiban menjaga kesehatan merupakan tugas dari setiap masing-masing individu. 

Belum lagi banyaknya hoax kesehatan di era digital saat ini yang perlu diklarifikasi agar tidak menyesatkan. Hal lainnya adalah opini publik yang negatif terhadap kesehatan bila tidak ditangani maka bisa menyebabkan krisis komunikasi dan trust issue kepada pemerintah dan menjauhkan masyarakat dari informasi kesehatan yang benar dan lebih dapat dipertanggungjawabkan, karena enggan mengakses kanal-kanal resmi pemerintah. 

1. Pelayanan Informasi dan Pengaduan
Kemenkes memiliki kanal resmi untuk menyampaikan pertanyaan dan keluhan, yakni layanan hotline telepon Halo Kemenkes 1500-567, Whatsapp 081260500567, dan website PPID. Selain itu, juga memiliki berbagai akun media sosial (facebook, twitter, Instagram, tiktok, youtube, dll). Namun, sudah menjadi risiko pekerjaan menjadi humas kesehatan adalah nomor kontak kita tersebar ke mana-mana. Sehingga siapapun dari kalangan apapun bisa menghubungi nomor pribadi untuk menyampaikan pertanyaan maupun keluhan. 


2. Membuat Konten Edukasi Kesehatan
Ada hal yang penting yang Mayang pelajari saat menjadi Humas Kesehatan, dan sangat berbeda dengan yang Mayang pelajari sewaktu menjadi akademisi kesehatan, yakni segitiga di public relation terbalik dengan segitiga akademisi. Segitiganya akademisi yang benar-benar dari mulai berangkat dari masalah kemudian kita telaah. Kita cari tahu apa kira-kira opsi-opsi solusinya. Kemudian kesimpulannya apa segitiganya.
Sebagai penulis berita di Kementerian Kesehatan, Mayang terikat dengan deadline yang ketat. Berita harus terbit malam ini, karena kami adalah penyedia informasi bagi media. Rilis kemenkes tak hanya sebatas menulis di website, tapi juga harus lebih dulu terbit dibanding media lain.
Sebagai penulis berita Kementerian Kesehatan, Mayang belajar bahwa kesalahan typo sekecil apapun bisa sangat berakibat fatal karena akan bergulir karena dikutip oleh media. Selain itu, kecepatan Humas untuk mengolah dan menyajikan berita saat ini berlomba dengan kecepatan media online menyajikan pemberitaannya. 

Pada tahun 2012, Mayang meliput kegiatan perkenalan Menkes Baru, Nafsiah Mboi. Sebelumnya beliau menjabat sebagai Ketua Komisi Perlindungan AIDS (KPA), dalam doorstopnya dengan media, beliau menjawab pertanyaan media terkait kondom dan pencegahan HIV/AIDS, namun dipelintir oleh salah satu media bahwa salah satu program Menkes baru adalah kondomisasi, dan hal ini menimbulkan kericuhan di publik. 

3. Penghubung Media (Media Handling)
Interaksi yang dinamis antara praktisi humas pemerintah dengan media, merupakan sebuah modalitas yang cukup penting dalam membangun hubungan kekerabatan dan tata kelola pemerintahan. Media membutuhkan informasi, sedangkan humas pemerintah dengan memanfaatkan platform media dapat meningkatkan kepercayaan publik dan mengelola opini serta keterlibatan publik secara efektif. Mulai dari memfasilitasi permohonan wawancara, penyelenggaraan konferensi pers, ekspose pembangunan kesehatan di daerah (media gathering), hingga audiensi Menkes dengan pimpinan redaksi media. 

4. Menjadi Tim Komunikasi Event Internasional Kesehatan
“Mayang pernah terlibat seperti event kesehatan nasional atau internasional sebagai anggota tim komunikasi kesehatan. Waktu itu ada gelaran health ministerial meeting world health assembly, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraannya di Bali. Mayang bertugas di peliputan, membuat konten berita, promosi konten, penyiapan bahan pimpinan, misalnya briefing sheet bagi pimpinan saat konferensi pers media. Jadi bukan sebagai juru bicara, teapi lebih di belakang layar untuk support pimpinan”, terang Mayang. 


Saat menjadi media communication team The 5th Global Health Security Agenda (GHSA) Ministerial Meeting di Bali, November 2018 

5. Penghubung antar lembaga 

Humas pemerintah, berperan tidak hanya dalam mengelola komunikasi antara pemerintah dan masyarakat, tetapi juga sebagai penghubung antar lembaga. Hal ini penting untuk memastikan koordinasi yang efektif, sinergi dalam implementasi kebijakan, dan aliran informasi yang lancar di berbagai instansi pemerintah. Peran Humas Kementerian selain sebagai penghubung antar lembaga di eksternal instansi, biasanya merangkap untuk mengkompilasi bahan pimpinan yang secara substansi didapatkan dari berbagai unit kerja.

Dengan komunikasi yang efektif dan koordinasi yang baik, humas dapat memastikan bahwa pemerintah bekerja sebagai satu kesatuan yang terkoordinasi dan responsif terhadap kebutuhan publik. 

Humas berperan untuk memfinalisasi bahan pimpinan dan mengkomunikasikan kepada penghubung Lembaga lainnya, menayangkan saat dibutuhkan, serta membuat notulensi rapat antar lembaga yang dihadiri Menteri kesehatan RI untuk bahan tindak lanjut setelahnya 

6. Peliputan kegiatan pimpinan
Salah satu tugas penting humas kesehatan yang lain adalah melakukan pendokumentasian kegiatan pimpinan dan mempublikasikannya. Ini tidak hanya berfungsi sebagai alat transparansi dan akuntabilitas, tetapi juga sebagai cara untuk membangun citra positif pemerintah di mata publik. 


Komunikasi vs Kesehatan Masyarakat 

Komunikasi dan kesehatan masyarakat adalah dua hal yang saling berkaitan, terutama ketika berbicara tentang promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan respons terhadap krisis kesehatan. Beberapa kegiatan yang menunjukan relevansi apa yang dipelajari di kesehatan masyarakat dan implementasinya di pekerjaan sehari-hari di bidang komunikasi, antara lain Pembuatan konten edukasi kesehatan bagi masyarakat agar memahami pentingnya berperilaku kesehatan, Manajemen krisis kesehatan; Kampanye perubahan perilaku; dan Eskalasi masukan dan advokasi terhadap kebijakan bidang kesehatan. 

Pertama kali masuk ke Humas Kemenkes, saya melihat pendekatan orang komunikasi itu dari penampilan saja sudah beda. Mungkin secara substansi tidak mendalam, tapi satu pesan bisa dikemas menarik untuk disampaikan, strateginya bagaimana di mana dan oleh siapa, momentumnya kapan agar bisa sampai ke masyarakat. Sementara kacamata akademis, semua permasalahan terlihat penting. Ini harus disampaikan, yang ini, dan ini juga. 

“Posisi yang Allah berikan kepada Mayang sekarang, seakan-akan menjadi penghubung bagi teman-teman unit yang secara substansi menguasai suatu permasalahan, agar bisa selalu memilih ‘one single message’ untuk disampaikan secara sederhana dengan bahasa yang dipahami masyarakat. Perlu ada strategi komunikasi, perencanaan, pesan ini harus berapa lama. 


Tantangan Informasi Kesehatan 

Arus dinamisasi era digital saat ini, membawa bidang informasi dan komunikasi kesehatan menghadapi berbagai tantangan, antara lain:
1. Kompleksitas Pesan Kesehatan
Menyampaikan informasi kesehatan yang kompleks secara jelas dan mudah dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat merupakan tantangan yang berat. Pesan harus disesuaikan dengan tingkat literasi kesehatan masyarakat yang berbeda-beda. Terlebih menyajikannya menjadi sebuah konten di media sosial yang beragam jenis followernya.
2. Disinformasi dan Misinformasi
Penyebaran informasi yang tidak akurat tentang kesehatan bisa menyesatkan, bahkan membahayakan. Hal ini sering kali diperparah oleh media sosial. Contohnya termasuk mitos tentang vaksin, pengobatan alternatif yang tidak terbukti secara scientific, bahkan teori konspirasi tentang penyakit menular. Meskipun sangat sulit untuk mengoreksi informasi yang sudah tersebar luas dan diterima oleh sebagian masyarakat, namun debunking hoax kesehatan di media sosial harus terus dilakukan.Bukan hanya facebook dan twitter (saat ini thread), ada pula IG reels, IG story, TikTok short, tik tok live,, Youtube short, youtube live streaming, bahkan ada WhatsApp broadcast yang juga harus dikelola.
3. Kepercayaan Publik
Rendahnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi kesehatan dan sumber informasi resmi, seperti pemerintah dan organisasi kesehatan bisa membahayakan, karena masyarakat akan rentan tersesat oleh informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Kepercayaan adalah faktor kunci dalam efektivitas komunikasi kesehatan. Krisis kepercayaan dapat menghambat penerimaan pesan kesehatan yang penting.
4. Akses terhadap Informasi Kesehatan
Sampai saat ini, belum semua masyarakat memiliki akses yang sama ada kesenjangan digital yang menyebabkan beberapa kelompok masyarakat kurang mendapatkan informasi kesehatan yang memadai. Sebagian kelompok masyarakat mudah menjangkau, smentara sebagian lainnya bahkan belum tersentuh sama sekali, Selain itu, banyaknya bahasa dan budaya di daerah juga dapat menghalangi akses informasi kesehatan.
5. Privasi dan Keamanan
Data Pasca pandemi Covid-19, berbagai kementerian termasuk salah satunya Kementerian Kesehatan saat ini tengah melakukan 6 pilar transformasi sistem kesehatan, slaah satunya adalah transformasi digital kesehatan. Masalah keamanan data menjadi salah satu risiko krisis komunikasi yang mengemuka saat ini.  Humas kesehatan memiliki peranan besar untuk mengkomunikasikan perubahan kebijakan, kemajuan teknologi dunia kesehatan, bahkan berbagai risiko dari perubahan tersebut kepada masyarakat. 

Mayang & Keluarga 

Saat ini Mayang sudah berkeluarga. Suami Mayang, Arif Awaludin Ashar (37 th) alhamdulillah senantiasa saling mendukung satu sama lain as a teamwork dalam berumah tangga. Mayang dan suaminya bertemu di Kantor Kemenkes karena suami juga sama-sama ASN Kemenkes, beliau ditempatkan di Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu Anak (Direktorat GKIA). Namun, yang lebih menarik dari pertemuan kami bukan hal itu, melainkan justru kami dipertemukan karena orang-orang sering menyatakan bahwa nama kami mirip (Awallokita dan Awaludin) serta tanggal lahir kami yang berdekatan (5 dan 7 Maret), justru karena alasan itulah kami akhirnya berkenalan, menjalin hubungan dan kami pun menikah pada Juni 2014.
Menjadi seseorang yang terpanggil untuk berkarya di bidang kesehatan, pelayanan terhadap masyarakat jadi kewajiban yang harus didahulukan dibanding keluarga. Saat pandemi dinyatakan di Indonesia pada Maret 2020 lalu, di saat mungkin banyak orang yang merasa bosan untuk work from home (WFH) justru Mayang hampir tidak merasakan WFH karena sebagai Humas tetap harus bertugas baik di kantor maupun di rumah dinas Menteri Kesehatan, mengingat agenda rapat, interview, dan konferensi pers Menteri Kesehatan saat terjadi situasi gawat darurat justru sangat padat. Saat pasien pertama Covid-19 di Indonesia diumumkan sembuh pada konferensi 2 Maret 2020, anak kedua Mayang tepat berusia 6 bulan, dan itu merupakan hari pertama dia makan MPASI, namun Mayang justru tidak dapat pulang ke rumah dan memberikan suapan MPASI pertamanya.
Karena itulah, banyak sekali momentum tumbuh kembang anak kedua yang Mayang lewatkan karena waktu yang lebih tersita oleh pekerjaan, bahkan di usia 3 tahun, Mayang baru sadar kalau anak keduanya belum bisa bicara (mengalami speech delay). Karena kurang terperhatikan kebutuhan stimulasi perkembangannya.

“Pengorbanan Mayang tidak seberapa besar bila dibandingkan teman-teman tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang berhadapan langsung dengan pasien. Karena bagaimanapun di saat pandemi, meninggalkan keluarga demi tugas negara untuk melayani masyarakat, menjadi satusatunya pilihan yang harus dijalankan”, kata Mayang.

Tidak ada Kata Terlambat untuk Cita-cita 

Jadilah seperti virus yang baik, yang mampu secara cepat menyebarkan hal-hal yang positif kepada orang lain, sekecil apapun, di manapun kalian berada 

Salah satu pesan dari salah seorang Bapak founder KSE yang selalu Mayang ingat hingga saat ini menjadi penguat bagi Mayang untuk tetap konsisten berkarya dengan sebaik-baiknya. Sejatinya peran apapun yang diberikan saat ini, dimanapun tempat kita berkarya (baik di ranah profesional, maupun di ranah domestik sekalipun), setiap kita bisa melakukan hal-hal positif yang bermanfaat dan memberikan pengaruh bagi orang lain. Setelah 13 tahun bekerja sebagai Humas Kementerian Kesehatan, akhirnya Mayang mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2. Sebenarnya Mayang sudah lama ingin melanjutkan pendidikan, namun terhalang oleh beberapa faktor. Di periode pimpinan sebelumnya, pengajuan Mayang tidak disetujui karena pimpinan memandang masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Mayang.

Namun, dengan kedatangan pimpinan baru, Bu Siti Nadia Tarmidzi, Mayang akhirnya mendapatkan izin untuk kuliah. Bu Siti Nadia adalah sosok yang sangat mendukung pendidikan. Beliau mendorong Mayang untuk segera melanjutkan pendidikan dan mengizinkan Mayang untuk melanjutkan pendidikan magister di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM UI) kembali mengambil program studi Promkes yang merupakan bidang yang Mayang sukai. Baarakallah, rezeki dari Allah, setelah 13 tahun pengabdian dan penantian tentunya, akhirnya melalui persetujuan dari Kepala Biro Komunikasi Publik yang baru, Ibu dr. Siti Nadia Tarmizi, akhirnya Mayang mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Mayang. Saat ini Mayang tengah menempuh pendidikan magister ilmu kesehatan masyarakat (peminatan promosi kesehatan) di kampus yang sama dengan almamater Mayang sebelumnya, yaitu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dengan beasiswa Kementerian Kesehatan RI.